Kebakaran Hutan Part 1 |
A.Apa itu Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah keadaan hutan/lahan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan/lahan dan hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian. Kebakaran hutan menjadi momok setiap tahun pada musim kemarau.
Penyebab kebakaran sampai saat ini masih diperdebatkan, apakah karena alami atau karena ulah manusia, pengelola hutan dan pedagang yang sengaja atau lalai saat membuka /mengolah lahan untuk pertanian/perkebunan. Sedangkan faktor alam yang dijadikan faktor penyebab adalah el Nino yang melanda daerah Indonesia.
Secara umum, penyebab kebakaran hutan adalah kondisi suhu udara yang tinggi dan curah hujan yang rendah, sehingga sisa-sia bahan olahan kayu, daun, dan rumput kering yang bergesekan mudah terbakar.
Kebakaran hutan terjadi ketika matahari bersinar terang dan suhu udara tinggi, bila di permukaan tanah terdapat mineral berwarna terang, maka mineral tersebut dapat berfungsi sebagai lensa yang menghasilkan titik api, sehingga kobaran api mulai terbentuk. Tiupan angin yang menyertai akan menyebarluaskan kebakaran. Apabila terjadi di lahan gambut, selain lahan/hutannya, lapisan gambut juga terbakar. Bila gambut terbakar, maka menghasilkan asap berkepanjangan.
Dampak kebakaran jarang menelan korban jiwa secara langsung, tapi korban tak langsung banyak. Korban tak langsung itu terkait kesehatan warga karena asap dan debu sisa bahan yang terbakar. Asap kebakaran terlihat seperti awan berwarna putih keabu-abuan, coklat atau kehitam-hitaman. Kian gelap warna asap, maka kadar pencemaran udara makin tinggi.
Masyarakat dapat dengan mudah mengetahui kualitas udara wilayah yang terbakar dengan melihat angka indeks standar polusi udara (ISPU) dari Kementrian Negara Lingkungan. Semakin tinggi ISPU, maka udara semakin tercemar dan tidak baik untuk kesehatan manusia. Ini karena dalam asap terdapat campuran gas kimia aktif dan partikel sangat halus yang berbahaya.
Asap mengganggu kesehatan orang lanjut usia, ibu hamil dan anak-anak di bawah lima tahun (Balita). Gangguan kesehatan tersebut antara lain : infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), asma, bronkitis, radang paru, iritasi mata dan kulit.
Adapun dampak negatif asap kebakaran hutan/lahan adalah :
1. Hilangnya mata pencaharian warga yang menggantungkan hidupnya dari hasil hutan/lahan
2. Aktivitas sehari-hari terganggu, karena mengurangi kegiatan di luar ruangan
3. Produktivitas kerja menurun. Walau bisa keluar rumah dengan memakai masker untuk menyaring asap dan debu, tapi waktu kerja berkurang.
4. Matinya aneka jenis tumbuh-tumbuhan dan satwa karena terbakar atau terjebak asap dan api
5. Rawan longsor karena tumbuhan yang berfungsi penahan laju tanah pada lapisan atas lereng pegunungan / dataran tinggi terbakar.
6. Mengganggu hubungan antar negara. Kebakaran hutan di Indonesia tak hanya merugikan penduduk dan pemerintah Indonesia, tapi juga ke negara tetangga (Singapura, Malaysia, Brunei)
7. Mengganggu trnasportasi udara. Tebalnya asap mengganggu transportasi udara. Pesawat terbang tak bisa mendarat karena landasan lapangan udara tertutup asap tebal
B.Tindakan Umum Sebelum Kebakaran Hutan
1. Menyiapkan peralatan kesehatan di daerah rawan kebakaran
2. Mengaktifkan semua peralatan pengukur debu di daerah rawan kebakaran
3. Menyediakan waduk air di daerah rawan kebakaran
4. Membuat parit api untuk mencegah meluasnya kebakaran
5. Mengembangkan partisipasi masyarakat di kawasan rawan kebakaran:
a. Pembentukan organisasi pengendalian kebakaran hutan/lahan
b. Membuat peta kerawanan kebakaran
c. Penyiapan regu pemadam
d. Penentuan loksai Pos Pengamatan
e. Membangun menara pengawas
f. Inventarisasi lokasi titik titik api
g. Berkoordinasi dengan instansi pengamat cuaca dan iklim
h. Simpan senter dan radio portabel untuk mengantisipasi mati listrik
i. Tidak membuang puntung rokok sembarangan
j. Berladang secara bergiliran dan senantiasa dipantau
k. Peladang hanya membakar lahan yang benar-benar kering
6. Menentukan tingkat siaga dan tindakan pengendalian kebakaran hutan/lahan:
NORMAL :
· Tidak diperlukan patroli atau pendeteksian langsung di lapangan
· Memastikan semua peralatan pemadam siap digunakan
· Pelaksanaan program penyadaran untuk pencegahan kebakaran hutan/lahan
· Melakukan kegiatan pelatihan penyegaran untuk staf pemadam kebakaran
· Memonitor, mengevaluasi dan mengelola seluruh informasi dan laporan mengenai kebakaran hutan dari kabupaten/kota.
SIAGA III :
· Patroli / deteksi taktis bila diperlukan, tergantung pada kondisi lokal
· Memastikan semua peralatan dan personil pemadam siap digunakan
· Melaksanakan sosialisasi / kampanye /penyuluhan pada daerah rawan kebakaran hutan/lahan
· Mempersiapkan posko kebakaran hutan dan lahan serta menyebarluaskan nomor telepon, faksimili dan daftar nama petugas (koordinator) yang dapat dihubungi di masing0-masing daerah
SIAGA II :
· Melakukan patroli dan deteksi lapangan minimal 5 kali per minggu
· Meningkatkan jumlah peralatan pemadam kebakaran dan personil yang ditugaskan di lokasi kebakaran.
· Memfokuskan program pencegahan kebakaran pada daerah yang memiliki tingkat resiko kebakaran tertinggi.
· Melakukan kampanye/penyuluhan/penyebarluasan informasi bahaya kebakaran hutan dan lahan melalui media cetak dan media elektronik.
· Pemimpin daerah mempertimbangkan untuk laranan sementara pembakaran /penyiapan lahan.
· Melakukan koordinasi dan pemadaman hutan/lahan secara terpadu.
SIAGA I :
· Melakukan Patroli / deteksi lapangan setiap hari per minggu.
· Menyaiagakan posko kebakaran hutan dan lahan selama 24 jam per hari.
· Melakukan pemadaman kebakaran hutan menggunakan seluruh peralatan dan personil.
· Mengerahkan seluruh personil, staf pendukung dan melibatkan masyarakat.
· Meningkatkan koordinasi dan mobilitas seluruh sumber daya secara terpadu.
· Pemimpin daerah mengeluarkan larangan pembakaran saat penyiapan lahan.
Tindakan Warga Mengamankan Rumah Sebelum Kebakaran Hutan:
1. Gunakan masker bila udara telah berasap
2. Bersihkan daun-daun dari pancuran atap, atap dan pipa dari atap ke tanah. Serta memasang penyaring daun dari logam yang berkualitas.
3. Menutup lubang angin atap dengan kawat kasa halus
4. Mengatur lokasi tumpukan kayu cukup jauh dari rumah
5. Hindari menumpuk potongan pohon, rumput dan sejenisnya di belakang rumah, kebun, semak-semak.
6. Pastikan selang air kebun cukup panjang dan mencapai pinggir jalan.
7. Tanam jenis pohon yang tidak mudah terbakar.
8. Bila mampu, belilah pompa air yang mudah dibawa untuk menyedot air dari kolam atau tangki air
9. Pahami cara menghubungi unit pemadam kebakaran terdekat.
10. Pastikan alat pemadam api berfungsi dengan baik
11. Meliburkan sekolah dan kantor
Tindakan Memadamkan Api Saat Terjadi Kebakaran:
1. Mengisolasi api agar tidak merembet de daerah lain. Teknik sekat bakar ini bisa dilakukan dengan peralatan sederhana dan petugas tidak terlatih. Teknik ini berhasil jika api tidak terlalu besar dan angin tidak kencang.
2. Secepat mungkin menyemprot dengan alat pemadam sederhana, misal pomp punggung atau pompa portable (mudah dipindah-pindah)
3. Membuat sekat bakar menggunakan alat berat/buldoser di kawasan semak.
4. Mengerahkan pesawat pembom air.
5. Membuat hujan buatan.
Tindakan Umum Warga Saat Terjadi Kebakaran Hutan:
1. Jangan masuk ke semak-semak jika ada asap dan api di daerah itu.
2. Padamkan api kecil dengan selang air, sekop, dan ember logam.
3. Tetap tenang dan melaporkan kebakaran ke instansi berwenang.
4. Periksalah jika tetangga kaum lanjut usia perlu bantuan
5. Penentuan jalur dan evakuasi penduduk lokasi kebakaran
6. Jika anda memilih untuk mengungsi sendiri lakukanlah jauh sebelumnya.
7. Jika diperintah petugas unutk mengungsi anda harus patuhi, kemasi dokumen /barang/ binatang berharga.
8. Memakai kemeja lengan panjang dan celana panjang dan alas kaki kuat.
Tindakan Warga Di Rumah Saat Terjadi Kebakaran Hutan:
1. Jika mungkin, isi pancuran atap rumah penuh dengan air
2. Tutup seluruh jendela dan pintu
3. Sumpal spasi-spasi di bawah pintu dengan handuk/selimut basah
4. Tinggal di dalam rumah
5. Hidupkan air conditioner
6. Tutup kaca kendaraan selama perjalanan
7. Gunakan pembersih udara ((Air cleaner)
8. Pakai masker khusus
Selalu memantau angka ISPU dengan patokan sebagai berikut :
Setelah Terjadi Kebakaran Hutan:
1. Menginventarisasi kerugian
2. Menganalisis program pemulihan akibat dampak kebakaran hutan
3. Menginventarisasi penyakit yang belum sembuh dan memerlukan perawatan, pengobatan dan pengamatan terus menerus.
B.Dampak Kebakaran Hutan terhadap Lingkungan Biologis |
Yang dimaksud dengan lingkungan biologi yaitu segala sesuatu di sekitar manusia yang berupa organisme hidup selain dari manusia itu sendiri seperti hewan, tumbuhan, dan decomposer.Dampak yang ditimbulkan dari adanya kebakaran hutan khususnya terhadap lingkungan biologis antara lain sebagai berikut:
1.Terhadap flora dan fauna
Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang yang akan kehilangan tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung serta tempat untuk mencari makan. Dengan demikian, hewan yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru setelah terjadinya kebakaran tersebut akan mengalami penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan.Contoh dampak kebakaran hutan bagi beberapa hewan antara lain sebagai berikut:
- Geobin : seluruh daur hidupnya di dalam tubuh tanah (Ciliophora, Rhizopoda & Mastigophora, dll)
- Geofil : sebagian daur hidupnya di dalam tubuh tanah (serangga)
Kehidupan tumbuhan berhubungan erat dengan hutan yang merupakan tempat hidupnya. Kebakaran hutan dapat mengakibatkan berkurangnya vegetasi tertentu.Contoh dampak kebakaran hutan terhadap tumbuhan adalah sebagai berikut:
- Tumbuhan tingkat tinggi (akar pohon, semak atau rumput)
- Tumbuhan tingkat rendah (bakteri, cendawan dan Ganggang)
- Terhadap keanekaragaman hayati
- Terhadap mikroorganisme
- Terhadap organisme dalam tanah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisika, kimia dan biologi tanah pada hutan dan hutan yang sudah dibuka pada daerah Buffer Zone dan Resort Sei Betung pada Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Yang dimulai pada bulan April hingga Mei 2011. Penelitian ini mengambil 12 titik sampel tanah sebagai bahan penelitian, yaitu 6 sampel pada hutan asli dan 6 sampel pada hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian. Metode yang digunakan adalah Survei Bebas tingkat survei semi detail dan analisis data kandungan bahan organik tanah dengan metode Walkley and Black, hara Nitrogen total tanah dengan metode Kjeldhalterm, Tekstur tanah dengan metode Hidrometer, pH tanah dengan metode Elektrometri, Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan metode Ekstraksi NH4OAc pH 7 serta nisbah C/N tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik digolongkan dalam 4 kriteria, yakni sangat rendah dan rendah (pada tanah hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan), sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami). N-total tanah digolongkan dalam 3 kriteria, yakni rendah (pada tanah hutan alami), sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami dan hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan). Rasio C/N tanah digolongkan dalam 4 kriteria, yakni sangat rendah (pada tanah hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan), rendah, sedang dan tinggi (pada tanah hutan alami). pH tanah digolongkan dalam 3 kriteria, yakni sangat masam, masam dan agak masam. Tekstur tanah lebih dominan lempung berpasir. Kapasitas Tukar Kation tanah digolongkan dalam 1 kriteria, yakni rendah (pada tanah hutan alami dan hutan yang sudah dibuka untuk lahan pertanian tanaman musiman dan tahunan)
Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. Selain itu, kebakaran hutan dapat mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.Beberapa dampak kebakaran tehadap hewan dam tumbuhan antara lain sebagai berikut:l BANGSA BINATANG
l BANGSA TUMBUHAN
Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, sehingga apabila terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah
Kebakaran hutan membawa dampak yang besar pada keanekaragaman hayati. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan.
Kebakaran hutan dapat membunuh organisme (makroorganisme dan mikroorganisme) tanah yang bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah. Makroorganisme tanah misalnya: cacing tanah yang dapat meningkatkan aerasi dan drainase tanah, dan mikroorganisme tanah misalnya : mikorisa yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara P, Zn, Cu, Ca, Mg, dan Fe akan terbunuh. Selain itu, bakteri penambat (fiksasi) nitrogen pada bintil-bintil akar tumbuhan Leguminosae juga akan mati sehingga laju fiksasi ntrogen akan menurun. Mikroorganisme, seperti bakteri dekomposer yang ada pada lapisan serasah saat kebakaran pasti akan mati. Dengan temperatur yang melebihi normal akan membuat mikroorganisma mati, karena sebagian besar mikroorganisma tanah memiliki adaptasi suhu yang sempit. Namun demikian, apabila mikroorganisme tanah tersebut mampu bertahan hidup, maka ancaman berikutnya adalah terjadinya perubahan iklim mikro yang juga dapat membunuhnya. Dengan terbunuhnya mikroorganisme tanah dan dekomposer seperti telah dijelaskan di atas, maka akan mengakibatkan proses humifikasi dan dekomposisi menjadi terhenti.
Kebakaran hutan biasanya menimbulkan dampak langsung terhadap kematian populasi dan organisme tanah serta dampak yang lebih signifikan lagi yaitu merusak habitat dari organisme itu sendiri. Perubahan suhu tanah dan hilangnya lapisan serasah, juga bisa menyebabkan perubahan terhadap karakteristik habitat dan iklim mikro. Kebakaran hutan menyebabkan bahan makanan untuk organisme menjadi sedikit, kebanyakan organisme tanah mudah mati oleh api dan hal itu dengan segera menyebabkan perubahan dalam habitat, hal ini kemungkinan menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang sangat besar dalam habitat. Efek negatif ini biasanya bersifat sementara dan populasi organisme tanah akhirnya kembali menjadi banyak lagi dalam beberapa tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar